-->

Pemuda Pemilik Sapi Betina Pada zaman Nabi Musa as. -Kisah Nabi


Gambar Hanya Sebagai Pemanis
Pemilik sapi betina pada zaman Nabi Musa as.- Abdul Hamid dan Abu Syekh dalam kitab “Al Adzamah” meriwayatkan dari Wahab bin Munabbih, ia berkata, "Sesungguhnya ada seorang pemuda dari Bani Israil yang sangat berbakti kepada orang tua. Dia bangun, melakukan shalat malam, dan duduk di atas kepala ibunya saat sepertiga malam. Lalu dia mengucapkan tasbih, tahlil, takbir dan tahmid untuk ibunya. Dia berbisik, "Wahai ibuku, apabila engkau tidak bisa melakukan shalat malam, maka bacalah takbir tasbih dan tahmid.” Begitulah kebaikan yang dia lakukan secara konsisten.
Saat pagi datang, anak tersebut pergi ke sebuah gunung. Dia memikul kayu untuk dijualnya di pasar dengan harga yang Allah kehendaki. Sepertiga hasil penjualan dia sedekahkan, sepertiga yang lain dia pakai(kebutuhan) agar bisa beribadah, dan sepertiga lain untuk ibunya. Namun ibunya juga menyedekahkan separoh dari uang yang diberi anaknya dan separoh disedekahkan. Hal tersebut dilakukannya secara konsisten.

Setelah sekian lama dia melihat anaknya melakukan kebaikan, maka ibunya berkata, "Wahai anakku! Ketahuilah bahwa aku mewarisi sebuah sapi dari ayahmu. Di leher sapi tersebut ada tanda atau cap. Dan aku membiarkan sapi tersebut atas nama Tuhan Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, dan Ya’qub.
   Aku akan menjelaskan padamu apa warnanya dan ciri-cirinya. Maka apabila kamu datang padanya dan panggilah dengan nama Tuhan Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan Ya’qub. Sesungguhnya dia akan melakukan apa yang dia janjikan padaku.
Sesungguhnya tanda tersebut adalah tidak tua dan tidak muda, akan tetapi di antara keduanya. Warnanya kekuning-kuningan yang cerah yang menyenangkan dipandang. Ketika kamu memandang kulitnya maka seakan pancaran matahari keluar dari kulitnya. Dia belum pernah digunakan, mendapat kesusahan karena digunakan untuk membajak, dan tidak pernah digunakan untuk mengairi sawah. Dia selamat dan tidak belang. Warnanya hanya satu. Maka saat kamu memanggilnya dia akan datang. Maka pegang lehernya dan juallah dengan izin Tuhan Ismail.”
Anak itu pergi dan menjaga wasiat ibunya. Dia pergi ke hutan samapi dua dan tiga hari. Hingga saat pagi telah menjelang maka dia berteriak, “Demi Tuhan Ibrahim, dan Ismail, Ishaq, dan Ya’qub kecuali kamu akan datang kepadaku. Maka sapi tersebut menghadap dan meninggalkan makanannya. Dia berdiri di depan pemuda tersebut. Pemuda itu memegang lehernya. Lalu sapi tersebut berucap, “Hai pemuda yang berbakti kepada orang tuanya, naiklah di punggungku karena itu bisa lebih enteng bagimu.” Anak tersebut berkata, “Orang tuaku tidak memerintahkan agar menaikimu, dia hanya memerintah agar menjualmu. Maka aku lebih suka berusaha menepati ucapannya. Sapi tersebut berkata, “Demi nama Tuhan Nabi Israil, seandainya kamu menaikiku maka kamu tidak akan bisa menguasakanku. Maka pergilah hai pemuda yang berbakti kepada orang tuanya. Seandainya kamu mau memerintah gunung agar lepas dari akarnya, maka dia akan melepaskan diri karena baktimu kepada orang tuamu dan taatmu kepada Tuhanmu.”
Anak itu terus berjalan hingga sampai pada jalan yang dekat dengan rumahnya. Namun musuh Allah, iblis menghadapnya. Dia menyamar menjadi seorang pengembala sapi. Dia berkata,
“Hai Pemuda, dari mana kamu membawa sapi ini. Apakah kamu tidak ingin menaikinya, karena aku melihat kamu telah kelelahan? Aku menyangka bahwa kamu sama sekali kamu tidak memiliki harta kecuali sapi ini. Karenanya, aku akan memberikanmu upah yang bisa kau manfaatkan dan tidak akan membahayakanmu, karena aku termasuk pengembala kambing yang merindu pada keluarganya. Lalu aku mengambil lembu dari beberapa lembuku. Aku membebaninya dengan makanan dan bekalku, sehingga sampai pada separoh perjalanan aku mengalami sakit perut. Aku segera melakukan qodlo hajat(buang ari besar). Tiba-tiba lembu tersebut lari ke tengah gunung dan meninggalkanku. Aku mencarinya. Namun aku sudah tak kuasa lagi mencarinya. Aku takut akan mati sedangkan aku sama sekali tidak mempunyai bekal dan air lagi. Maka bolehkah aku naik ke sapimu hingga aku sampai pada tempat pengembalaan sapiku. Dan kamulah yang akan menyelamatkanku dari kematian. Aku akan memberi upah dua sapi untukmu.”
 “Sesungguhnya Bani Adam tidak akan mati bila mempunyai keyakinan dan tidak akan rusak dirinya. Apabila Allah tahu keyakinanmu maka dia akan membuat dirimu sampai meskipun tanpa bekal dan air. Aku tidak akan menaiki sapiku ini karena aku tidak diperintah. Aku hanya seorang budak yang diperintah. Seandainya Tuanku mengetahui bahwa aku telah durhaka, maka dia akan membunuh dan menyiksaku dengan berat. Dan aku tidak akan mendahulukan keinginannmu mengalahkan keinginan Tuanku. Maka pergilah hai laki-laki dengan selamat.” Jawab pemuda tersebut.
 “Aku akan memberimu harta yang banyak sebagai ganti bagi setiap langkahmu menuju rumahku. Dengan begitu juga kamu bisa menebus(menyelamat)ku dari kematian sebab sapi ini.” Kata iblis.
 “Sesungguhnya Tuanku mempunyai emas dan perak yang ada di bumi, maka apabila kamu memberiku sedikit darinya maka diketahui bahwa itu adalah miliknya. Akan tetapi berilah aku emas dan perak dari langit. Aku tahu ini(emas dan perak) bukanlah hartamu.” Jawab pemuda.
“Apakah di langit ada emas dan perak, atau apakah ada yang mampu mengambilnya?”
“Lantas apakah seorang hamba mampu mendurhakai perintah Tuannya sebagaimana engkau tidak mampu mengambil emas dari langit?”
“Aku melihat bahwa kamu adalah hamba yang paling lemah.”
“Sesungguhnya hamba yang paling lemah adalah yang durhaka pada Tuannya.”
“Aku heran kamu sama sekali tidak memiliki bekal dan air.”
“Bekalku adalah taqwa, makananku adalah rumput liar dan minumanku adalah mata air yang ada di gunung.”
“Apakah tidak ingin aku perintah perkara yang benar?”
“Perintahlah dirimu sendiri karena sesungguhnya diriku sudah pada jalan kebenaran, insyaallah.”
“Apakah kamu tidak bisa menerima nasehat.”
“Orang yang berhak memberi nasehat adalah orang taat kepada Allah dan menjalankan haknya. Maka apabila kamu setan, maka aku berlindung kepada Allah darimu. Apabila kamu manusia maka pergilah, aku tidak butuh berteman denganmu.”
Mendengar ucapan itu, iblis membeku di tempatnya selama tiga jam. Dan seandainya iblis bisa menaiki kudanya maka pemuda itu tidak akan menguasai sapinya. Akan tetapi Allah telah menjaganya.
Ketika pemuda berjalan, tiba-tiba seekor burung terbang dihadapannya, sehingga sapi miliknya tidak bisa dikendalikan, dan pemuda tersebut berdoa, “Demi Tuhan Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan ya,qub, datang padaku.” Maka sapi tersebut mendekatinya dan berdiri tepat di depannya. Sapi tersebut berkata, “Hai pemuda, apakah kamu tahu burung tersebut? Sesungguhnya dia adalah iblis, musuh Allah yang berusaha mengelabuiku. Maka ketika kamu mengundangku dengan mengucapkan “Demi Tuhan Israil maka datang malaikat yang melepaskan diriku darinya dan mengembalikanku pada dirimu. Hal ini tidak lain karena baktimu kepada orang tuamu dan ketaatanmu kepada Tuhanmu. Maka berjalanlah, kamu akan sampai pada keluargamu sebelum malam tiba. Insyaallah.”
***
Pemuda itu sampai pada ibunya. Dia menceritakan hal yang dialaminya. Maka ibunya berkata, “Wahai anakku, aku melihatmu memikul kayu di pundakmu setiap malam dan siang sehingga membuatmu mengangkat pandangan. Maka pergilah dengan membawa sapi ini. Juallah. Ambillah uangnya. Buatlah makan dan biarkan uang tersebut untukmu.
 “Dengan harga berapa aku menjualnya?” tanya pemuda
“Dengan tiga dinar atas ridlo dariku.” Jawab ibunya
***
Pemuda tersebut pergi ke pasar. kemudian Allah mengirim malaikat agar memperlihatkan kekuasaan-Nya. Malaikat itu berkata,
“Berapa kamu akan menjual sapi ini, hai Pemuda?”
“Aku akan menjualnya dengan harga tiga dinar sesuai persetujuan ibuku.”
“Kamu bisa memiliki enam dinar, dan kamu tidak perlu menuruti perintah ibumu.”
“Seandainya kamu mau memberiku seharga tersebut maka aku tidak akan menjualnya sebelum ibuku memerintahkannya.”
lalu pemuda tersebut pulang dan memberi tahu ibunya. ibunya berkata, “Juallah sapi ini dengan harga enam dinar sesuai persetujuanku!”. Lalu pemuda itu kembali berangkat ke pasar dan malaikat datang padanya.
“Apa yang akan kamu lakukan?” kata malaikat.
“Aku akan menjualnya dengan harga enam dinar atas persetujuan ibuku.”
“Ambilah dua belas dinar ini dan tidak perlu hiraukan perintah ibumu.”
“tidak.”
***
Pemuda tersebut kembali menemui ibunya. Dia berkata, “Hai anakku, sesungguhnya yang mendatangimu adalah malaikat dalam wujud manusia. Maka saat dia datang lagi katakan padanya “Sesungguhnya ibuku mengucapkan salam kepadamu” dan katakan padanya “Dengan harga berapa engkau akan memerintahkanku untuk menjual sapi ini.”
Maka malaikat berkata, “Hai anak muda, sapi ini akan dibeli oleh Musa bin Imran karena ada seorang yang dibunuh dari kaum Bani Israil. Dia memiliki uang yang banyak. Ayahnya sama sekali tidak meninggalkan anak kecuali dirinya. Dia memiliki saudara, dan saudaranya memiliki banyak anak. Mereka berkata “Bagaimana kalau kita membunuhnya dan mengambil hartanya.” Lalu mereka memanggil orang tersebut ke rumah mereka. Mereka pun membunuhnya dan meletakkan jenazahnya di rumah samping rumah mereka.
Saat pagi tiba penghuni rumah tersebut mengeluarkan jenazah. Anak-anak dari paman orang tersebut mendatanginya. Mereka menuduh penghuni rumah tersebut yang membunuhnya,sehingga mereka datang kepada Nabi Musa. Nabi Musa tidak tahu bagaimana memberi hukum kepada mereka karena penghuni rumah tersebut  terbebas dari korban. Nabi Musa merasa berat. Beliau berdoa kepada Tuhannya. Maka Allah memberi wahyu kepadanya, “Carilah sapi yang kekuning-kuningan warnanya tidak belang, lalu sembelihlah, dan pukullah orang tersebut dengan sebagian tubuhnya!”
Maka mereka bermaksud membeli sapi pemuda tersebut seharga dinar yang yang memenuhi kulit sapi tersebut. kemudian mereka menyembelihnya. Lalu memukul korban pembunuhan tersebut dengan sebagian tubuhnya. Tiba-tiba korban tersebut berdiri, memberi tahu kejadian sebenarnya, “Sesungguhnya anak-anak dari pamanku yang telah membunuhku dan penghuni rumah tersebut bebas dariku.” Maka Nabi Musa menghukum mereka. Lalu mereka berkata, “Hai musa, apakah kamu bercanda. Anak dari pamanku telah mati dengan teraniaya.”
Mereka tahu bahwa mereka akan dihukum. Maka mereka mengambil kulit sapi tersebut dan memenuhinya dengan dinar dan memberikannya pada pemuda pemilik sapi. Lalu pemuda pemilik sapi mengambilnya dan mensedekahkan dua pertiganya kepada orang-orang faqir dari bani israil dan sepertiganya untuk kebutuhan hidupnya.
Diterjemahkan dari kitab “Al Dur al Mantsur” juz 1 hal. 141-143

0 Response to "Pemuda Pemilik Sapi Betina Pada zaman Nabi Musa as. -Kisah Nabi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel